Selasa, 17 Mei 2011

Zero Tolerance



Hitam pekat jalanku,tercabik janji manis.
Tangan-tangan menggapai tenggelam dalam banjir liur kapitalis.
itu jiwa menunduk,menangis.
Kumandangkan kepedihan yang tak pernah di gubris.

Kesempatanku dirampas kumpulan para serakah.
Yang tak peduli raut muka resah.
Mereka sembunyi dibalik jubah dan ritual ibadah.
Dan senyumnya mengejek orang-orang yang kalah.

Kusandarkan asa pada kawanan burung garuda,
yang katanya kukunya tajam mencengkeram,
namun apa mau dikata,
mereka justru sibuk saling menghantam.
Pertahankan sarangnya di istana.
Dalam lapar dan telanjang kulewati malam.

Ditubuhku sudah tak ada tempat untuk sejengkal luka.
Tiada lagi janji manis bersarang dihati.
Yang keluar dari mulut-mulut rahwana.
Pintu toleransiku telah kukunci mati.

kan kugoncang langit,
dan kuhancurkan bintang-bintang,
agar mereka sama rasakan sakit,
seperti sakitnya mereka yang berjuang lalu terbuang.

( Bumiayu - 02 - 08 - 2008 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar