Kamis, 19 Mei 2011

SETITIK CAHAYA



Pencerahan,

saat kondisi suatu tempat atau ruang dalam keadaan gelap,pastilah yang pertama orang cari adalah cahaya,bukan uang atau barang berharga lainnya,ketika tiba-tiba ada seseorang yang membawa pelita,sudah tentu semua mata tertuju pada si pembawa pelita.

Negeri kita saat ini kalau dilihat dari segi fisiknya mungkin banyak orang yang mengatakan bahwa negeri kita sudah tambah maju,tetapi yang terjadi dibalik semua itu pemikiran kita justru semakin mundur.Orang banyak memuja materialisme dan beranggapan bahwa kebahagiaan adalah kemewahan.

Peran teknologi memang sangat membantu kehidupan manusia,tapi terkadang kita lupa bahwa segala sesuatu ada dampak positif dan negatifnya.Dampak positif dari teknologi orang sudah banyak yang tahu,misal dengan Handphone komunikasi menjadi lebih mudah walau jarak berjauhan.dampak negatifnya kita jadi semakin malas untuk bertatap muka,rasa rindu terhadap keluarga ataupun teman karena tiap saat kita bisa saling kirim kabar lewat Handphone.
Satu contoh lagi permainan anak play station,permainan yang bisa dimainkan sendirian ataupun maksimalnya berdua,permainan ini dalam jangka panjang akan membentuk pribadi yang individualistis.

Bila kita bandingkan dengan permainan anak-anak era 80an dan tahun sebelumnya,permainan tradisional yang kebanyakan dilakukan diluar rumah dan harus bekerjasama dengan tim,misalnya gobak sodor,petak umpat dan masih banyak yang lainnya,permainan tersebut secara tidak langsung mendidik anak-anak untuk saling berinteraksi hingga keakrabanpun terjadi,namun semua permainan itu mulai punah,jarang kita menjumpai lagi memainkan permainan itu.

Pelan tapi pasti rasa kebersamaan mulai mati,dan jika ini berlanjut saya yakin 10tahun atau 20 tahun yang akan datang negeri kita akan mengalami KIAMAT PSIKOLOGI ( kejiwaan ).

Lalu apa yang harus kita lakukan untuk mencegah kiamat itu terjadi?
REVOLUSI PSIKOLOGI ( mengubah atau menata ulang pola penempaan kejiwaan sedari dini )

Memang,kita tidak bisa membendung teknologi yang masuk kedalam lkehidupan keluarga kita,tapi kita masih bisa untuk tidak salah dalam menerapkan teknologi,terkadang orangtua salah mengartikan bentuk kasih sayang terhadap anak,semisal anak yang belum cukup umur diberikan motor tanpa melihat sisi manfaat terhadap anak tersebut,hanya mengikuti gengsi ataupun gaya hidup.

Kita sering terlena,terkondisikan hidup hanya memikirkan uang dan uang selalu,bahakn ibadahpun motivasinya agar Tuhan selalu membuka pintu datangnya uang,bukannya mencari Ridlo Tuhan.

namun saya rasa masyarakat juga tidaklah salah jika mereka akhirnya menjadi masyarakat konsumerisme,bagaimana tidak menjadi konsumtif jika tiap detik kita mendengar dan melihat iklan yang menawarkan aneka barang-barang yang sangat menggoda hati,jika kita tak punya uang banyak pengusaha perkreditan yang begitu mudahnya memberikan kredit tanpa sarat apapun,yang justru pada akhirnya menjerat masyarakat dalam pola hidup " MENCARI UANG UNTUK MEMBAYAR HUTANG " dan yang sekarang terjadi ,9 dari 10 orang indonesia terjerat hutang.Dan wajar jika dampaknya angka kriminalitas jadi meningkat dan wajar pula jika akhirnya orang tak perduli lagi halal dan haram,semua menjadi abu-abu tidak ada lagi garis yang jelas antara hitam dan putih.

Kompleksitas permasalahan bangsa ini saya yakin berasal dari satu simpul,masyarakat butuh tuntunan,butuh perlindungan,butuh untuk dicerdaskan,bukannya malah dijerumuskan kedalam jurang kebodohan,negeri kita ini sedang sakit,SAKIT JIWA YANG SANGAT KRONIS.

Kemanakah perginya orang-orang pilihan Tuhan?yang telah dimuliakan dengan ilmu,harta dan kekuasaan,bukankah di tangan-tangan merekalah pelita kehidupan diamanatkan?

Cahaya dari Tuhan jangan kalian monopoli untuk pribadi,gubug-gubug kami juga butuh penerangan.
Berikanlah kesempatan kami untuk berjalan maka akan kami dobrak kesempitan dengan berlari.

( Bumiayu - 17 - 08 - 2007 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar