Selasa, 17 Mei 2011

Judulnya Puisi



Puisi itu dimulai dari satu " kata "
dan biarlah " kata " membelah diri seperti sel sperma yang telah dibuahi.
Ia membentuk gumpalan darah yang tiap detiknya berubah bentuk,
setelah sempurna bentuknya,tertiuplah ruh.
Dan hiduplah makna dari " kata ".

Ia melahap intisari plasenta,
melayang dilautan ketuban
dan tiba saat ia dilahirkan,
bersamaan dengan terhirupnya udara,
pecahlah tangisnya tak perdengarkan tawa.
Dan tangis itu menjadi kata-katanya,
lapar ia menangis,
buang hajat ia menangis,
sakit ia menangis,
dari tangisnya kita sibuk merangkai kata dan menggali makna.

Yaa...Tuhan
aku ingin bisa menangis,
seperti saat aku masih tak bisa berkata apa-apa,
biarlah Kau sendiri yang merangkai kata dan menggali makna,
apa yang kutangiskan.

( Bintaro - Jakarta - 18 - 03 - 2010 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar