tangisnya sungguh mengiris
seperti menangisi korban lumpur dimana ia terlahir
tak berkedip mata
perhatikan apa yang dihadapannya
Kala cakra jadi garis telapak kaki kanannya
inikah rahasia tangisnya tak keluarkan airmata
bapaknya terlahir dari silsilah yang entah
sedang ibunya adalah tetes darah orang yang dibakar hidup-hidup oleh kerajaan demak
belum genap sebulan usianya dimulai pengembaraanya
ditanah Pak Sakerah di asuh ibu-ibu yang tak pernah berputra
berteman ia dengan kesepian
tetangganya lahan-lahan kosong
terkadang terdengar lenguh sapi dan kokok ayam
ia tak pernah peduli
kini ia mulai belajar mencengkeram dan mengepalkan tangan
entah siapa yang akan ia cengkeram
entah siapa yang akan ia tinju
Sering kutatap lama-lama dan bertanya dalam hati
"Bukankah engkau anak perempuan?"
( Sumenep - 24 - 01 - 2010 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar